Minggu, 09 September 2007

Pantai Talise, Wisata di Tengah Kota

Pantai Talise di Kota Palu, Sulawesi Tengah, sejak tahun 1990-an hingga 2000, identik dengan tempat transaksi seks. Seiring terbenamnya matahari di bagian barat Kota Palu, di saat itu pula mulai berdiri warung remang-remang yang menambah keyakinan pengunjung bahwa pemilik warungnya juga menyediakan wanita-wanita penghibur.




Maka tak heran, hampir setiap malam antrean kendaraan roda dua maupun empat memenuhi Pantai Talise. Mereka datang tak sekadar untuk menikmati minuman tradisional seperti sarabba (air jahe dicampur sedikit santan dan susu), pisang goreng, pisang gepe (pisang bakar dibumbui keju atau gula merah) dan jagung bakar, tapi juga untuk mencari wanita penghibur.

Pemerintah Kota Palu menilai situasi itu tak bisa dibiarkan terus-menerus. Apalagi, letak Pantai Talise di tengah kota sehingga membuat kesan negatif bagi tamu yang datang ke Kota Palu. Maka kemudian Pemerintah Kota Palu melarang para wanita penghibur beroperasi di Pantai Talise ini.

Razia pun dilakukan. Satu-per satu pekerja seks komersial (PSK) ditangkap dan dibina di Panti Sosial Kalukubula.
Akhirnya, Pantai Talise bersih dari warung remang-remang, dan yang ada hanya warung yang menjual aneka minuman dan makanan khas Kaili. Adapun Kaili adalah etnis asli Palu.

Kini, Pantai Talise menjadi tempat wisata malam, di mana warga dapat menikmati keindahan Teluk Palu yang berbatasan dengan Selat Makassar itu. Lampu-lampu perahu nelayan bergerak-gerak di tengah teluk karena diempas gelombang. Suasana menjadi semakin lengkap, setelah dibangunnya Jembatan Palu IV yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono awal Mei lalu.

Tak jauh dari Pantai Talise, hanya sekitar tiga kilometer ke arah barat, terdapat Pantai Taman Ria. Di pantai ini juga dijual makanan khas seperti kaledo (sop tulang sapi) yang dimakan dengan singkong atau nasi, uvempoi (kuah asam dari tulang sapi) yang dimakan dengan burasa (nasi santan yang dibungkus daun pisang), dan uta dada (semacam opor ayam).

Di Pantai Taman Ria juga terdapat sebuah restoran yang menyediakan menu Nusantara lengkap. Menu favoritnya ikan bakar. Di sini disediakan segala jenis ikan seperti bubara, kakap merah, baronang, sunu, dan berbagai macam ikan kualitas ekspor lainnya.

Kota Palu memang sangat indah. Kota ini dikenal dengan "Kota Tiga Dimensi", karena ada Teluk Palu yang indah, dikelilingi pegunungan dan dilengkapi dengan sebuah sungai panjang yang membelah kota. Sungai ini adalah muara dari Danau Lindu di Taman Nasional Lore Lindu.

"Inilah yang membuat Kota Palu menjadi indah. Hanya saja, kita tidak punya dana yang besar untuk bisa mengembangkan kawasan ini menjadi tempat wisata modern," kata Wali Kota Palu Rusdy Mastura. Meski demikian, pihaknya akan mengembangkan kawasan pantai di Kota Palu sebagai tempat wisata malam. "Saya yakin pantai ini akan menjadi tempat yang sangat romantis untuk bersantai bersama keluarga di malam hari," katanya.

Terumbu Karang
Begitu matahari terbit, suasana romantis di malam hari pun berganti dengan ramainya warga yang memilih santai dan menikmati hangatnya air laut di pagi hari. Tidak hanya itu, bagi mereka yang hobi diving atau snorkeling, akan dapat menikmati keindahan terumbu karang warna-warni yang berbentuk bunga dan pohon.

"Jika kita snorkeling, baru tiga meter dari bibir pantai saja kita sudah dijemput ikan-ikan hias yang bermain-main di antara karang. Kita juga akan menikmati keindahan terumbu karang di Pantai Talise ini," kata Ferry Taula, salah seorang pengelola restoran.

Selain mendokumentasikan terumbu karang yang berwarna-warni di tempat itu, Ferry Taula juga menjaga kawasan itu dari ancaman pencurian ikan. Caranya, ia menyewa warga setempat untuk menangkap nelayan tradisional yang sengaja menangkap ikan dengan cara menggunakan bom dan racun.

Tapi, dia juga memberdayakan nelayan tradisional setempat dengan memberi perahu dan membeli ikan hasil tangkapan mereka. "Ini saya lakukan agar mereka tidak menangkap ikan dengan cara ilegal," katanya. Menurut Fery, setiap hari Minggu sedikitnya 100 orang datang ke Pantai Talise.

Pantai Talise memang menjadi kawasan wisata yang paling mudah dijangkau. Jarak dari hotel terbesar di Kota Palu hanya sekitar satu kilometer. Jarak dari lapangan udara hanya sekitar empat kilometer, dan jarak ke lapangan golf sekitar 500 meter.

Sayangnya, kawasan ini baru dikunjungi wisatawan lokal, sedangkan wisatawan mancanegara lebih memilih Pantai Tanjung Karang di Kabupaten Donggala –sekitar 45 kilometer arah barat Palu– dan di Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una.

Maklum, kawasan tersebut gencar berpromosi dan dilengkapi fasilitas cottage. Rata-rata wisman berasal dari Eropa. Data Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah menyebutkan, dalam setiap tahun wisman di Pantai Tanjung Karang mencapai 150 orang, sedangkan di Kepulauan Togean 300 orang.

Pantai Talise sebetulnya bisa berkembang seperti Pantai Tanjung Karang dan Kepulauan Togean, jika Pemerintah Kota Palu memprioritaskan pengembangan wisata. Mengingat, sejauh ini Pemerintah Kota Palu lebihmprioritaskan pembangunan infrastruktur dan ekonomi.

Pengembangan wisata harus pula seiring dengan penciptaan citra Kota Palu sebagai kota yang aman dan bukan sebagai sarang teroris seperti yang berkembang selama ini.

"Kota Palu ini aman. Media massa saja yang membesar-besarkan kalau kota ini penuh dengan teror," tegas Ketua DPRD Kota Palu Andi Mulhanan Tombolotutu....***

Tidak ada komentar: