Senin, 09 April 2012

Essay : Kita adalah Pedagang

Oleh: H A Mulhanan Tombolotutu

Rasulullah Muhammad SAW bersabda: Penjual dan pembeli memiliki hak pilih selama belum berpisah. Apabila mereka jujur dan mau menerangkan (keadaan barang), mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Dan jika mereka bohong dan menutupi (cacat barang), akan dihapuskan keberkahan jual beli mereka (Shahih Muslim No. 2825)


Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Umar RA.: Seorang lelaki melaporkan kepada Rasulullah saw. bahwa ia tertipu dalam jual beli. Maka Rasulullah saw. bersabda: Katakanlah kepada orang yang kamu ajak berjual-beli: Tidak boleh menipu! Sejak itu jika ia bertransaksi jual beli, ia berkata: Tidak boleh menipu!. (Shahih Muslim No.2826)

Saya tentu bukan ahli agama yang piawai menafsirkan sabda-sabda Manusia Agung itu, saya, seperti Anda semua, hanyalah salah seorang pengikutnya yang selalu berusaha membaca ulang dan berupaya mengikuti teladan-teladan laku dan kata-katanya.

Saya selalu mengibaratkan diri sebagai pedagang, peniaga. Setiap saat sejatinya kita selalu berdagang. Sebagai politisi, sebagai birokrat, sebagai salah satu bagian dari masyarakat besar ini atau sebagai apapun kita. Kita selalu berdagang. Politisi berniaga dengan janji kampanye, yang tentu harus ditepatinya. Birokrat berniaga amanah masyarakat yang harus dipenuhinya. Masyarakat umum berniaga dengan anggota masyarakat lainnya dalam hal menjaga perilaku sosialnya. Lalu para jurnalis berniaga dengan beritanya.

Layaknya sebuah perniagaan, maka tentu ada untung ruginya. Jika politisi bisa menepati janji, dia untung. Jika birokrat memenuhi amanat orang yang sudah dipilih, dia meraup laba. Begitu pun sesama anggota masyarakat. Bagi para jurnalis jika berita yang ditulisnya baik dan benar, ia akan disanjung. Namun jika tidak, maka rugi atau celakalah yang didapat.

Seperti saat ini, saya, para politisi, calon birokrat lainnya sedang berniaga dengan janji dan pencitraan pribadi. Barang dagangannya adalah kita, citra kita dan janji untuk menyejahterakan rakyat, misalnya. Semua hal-hal baik dan indahlah yang disampaikan, tapi tentu masyarakat tidak bodoh. Masyarakat kita sudah cerdas. Mereka bisa menilai. Intinya adalah (seperti yang diajarkan
Manusia Agung itu) kita harus jujur dalam berdagang atau berniaga. Insya Allah kita diberkahi. ***



Tidak ada komentar: